KERAMAT BEJI: MENELUSURI SITUS BERSEJARAH DI KOTA DEPOK

Depok adalah sebuah kota kecil yang terletak antara Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Luasnya adalah 200,29 Km² dan terdiri dari sebelas kecamatan dan enam puluh tiga kelurahan. Sebelum tahun 1999, ia hanya merupakan kecamatan di Kabupaten Bogor. Sejak menjadi kotamadya, Depok berkembang menjadi kota metropolitan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kemajuan di berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, industri, dan transportasi.

Sebagai kota penting dalam jalur lalu lintas ibukota dan wilayah lainnya, Depok memiliki situs sejarah peninggalan yang dapat kita saksikan hingga saat ini. Salah satunya adalah Keramat Beji. Menurut situs resmi pemerintah Kota Depok, lokasinya berada di antara Perumnas Depok I dan Depok Utara. Di sekitarnya terdapat tujuh buah sumur berdiameter satu meter. Di bawah pohon beringin yang berada di antara tujuh sumur terdapat sebuah bangunan kecil yang selalu terkunci. Di dalam bangunan itu terdapat banyak sekali senjata kuno, seperti keris, tombak dan golok. Keramat Beji sering diadakan pertemuan antara Banten dan Cirebon. Jadi senjata-senjata yang tersimpan disana adalah peninggalan tentara Banten waktu melawan VOC. Ditempat semacam ini biasanya diadakan latihan bela diri dan pendidikan agama Islam yang sering disebut Padepokan. Konon asal muasal nama Depok pun dianggap berasal dari kata padepokan.

TEMPAT BERSEJARAH DI TENGAH KAWASAN PADAT PENDUDUK

Penulis melakukan penelusuran ke lokasi situs bersejarah tersebut. Lokasinya terletak di kawasan Perumnas Depok Utara Rt. 03 Rw. 12 kampung Keramat Beji di Kecamatan Beji. Tidak ada petunjuk jalan atau tanda yang menunjukkan bahwa di kompleks perumahan tersebut terdapat situs Keramat Beji. Namun mayoritas masyarakat disekitarnya tahu akan keberadaannya.

Sesaat tiba di depan lokasi, kami diarahkan penduduk sana menuju rumah Bapak Marto, sang juru kunci. Rumahnya terletak sekitar seratus meter dari lokasi situs. Kami datang meminta izin untuk masuk dan mendapatkan informasi tentang sejarah situs ini. Dia pun tidak keberatan. Setelah lima belas menit berbicara dengannya, kami berangkat menuju lokasi.

Lokasi situs Keramat Beji berada di tengah-tengah perumahan padat penduduk, yakni Perumnas Depok Utara. Dalam sejarahnya, Perumnas diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1976. Sejak adanya perumahan tersebut, wilayah Beji dan sekitarnya menjadi padat penduduk. Meskipun dihimpit perumahan penduduk, keberadaan Keramat Beji masih dapat dilihat dengan adanya pohon beringin besar yang masih kokoh berdiri tegak.

Pohon beringin yang masih berdiri kokoh.

PADEPOKAN YANG MENJADI PETILASAN

Pertama kali kami diantar sang juru kunci menuju padepokan. Lokasi yang hanya seluas kurang lebih seribu meter persegi ini sungguh asri dengan adanya pohon beringin besar. Pak Marto mengatakan bahwa pohon beringin disini hanya tinggal akarnya saja. Uniknya, ada salah satu pohon yang akarnya membentuk tempat seperti petilasan. Namun ternyata tidak digunakan sebagai tempat petilasan karena untuk itu sudah ada tempatnya sendiri.

Secara iseng kami bertanya tentang keberadaan tiga buah guci yang berbeda ukuran diletakkan di depan padepokan. Warna dasar guci adalah cokelat dihiasai dengan gambar batang dan dedaunan yang diberi pembatas warna putih. Pak Marto menerangkan bahwa ketiga buah guci adalah simbol tiga rahasia Allah SWT, yakni maut, rezeki, dan jodoh. Namun sayangnya kami lupa menanyakan lebih detail tentang urutan rahasia ketiga guci secara berurutan dari yang kecil, sedang, dan besar.

Padepokan terlihat dari samping. Ada tiga guci simbol rahasia Tuhan.

Dekat pintu masuk padepokan terdapat papan berukuran kecil berwarna putih terpasang di saung. Dalam papan terdapat tulisan “Kampung Beji/Keramat Beji Mbah Raden Wujud Beji”. Kami bertanya kepada juru kunci mengenai nama yang ada dipapan tersebut. Dia menjelaskan bahwa Mbah Raden Wujud Beji bukanlah nama tokoh atau wali, namun adalah simbol bahwa ditempat ini menjadi pusat berkumpulnya para wali yang memiliki keistimewaan/karomah dari Allah SWT dikarenakan ketaatan dan kesalehan mereka.

Padepokan Kramat Beji terdiri dari tempat utama dan pelengkap. Padepokan utama terdapat ruang meditasi. Biasanya penziarah datang untuk meminta kepada Allah SWT agar menurunkan karomah seperti yang dimiliki Mbah Raden Wujud Beji. Suasana meditasi sangat terlihat jelas disini. Terdapat wadah bakar kemenyan, bunga tujuh rupa yang wangi menusuk hidung, dan makanan minuman yang menjadi sesajen. Sang juru kunci menuturkan, sesajen berupa makanan dan minuman yang ada nantinya akan dapat dinikmati oleh peziarah setelah ditaruh beberapa saat. Menurutnya sang arwah leluhur yang disuguhkan sesajen hanya mencicipi aromanya saja, setelah itu diambil orang-orang agar tidak mubazir. 

Disamping tempat sesajen terdapat barang-barang kuno seperti senjata dan patung. Senjata-senjata itu antara lain keris, golok, dan tombak. Setiap bulan maulid atau suro, senjata-senjata tersebut dimandikan agar terjaga kebersihan dan kesuciannya. Sedangkan patung-patung binatang seperti kodok dan harimau menjadi penghias ruangan disebelah kiri.

Tempat penyimpanan senjata-senjata kuno.

Sesajen yang selalu tersedia di ruang meditasi.

Setelah keluar dari ruang meditasi, kami melihat banyak foto terpampang di dinding. Selain foto Sayidina Ali bin Abu Talib, Sunan Kalijaga, dan Syekh Abd al-Qadir al-Jailani, yang paling menarik perhatian kami adalah adanya foto Presiden Soekarno dan Nyi Roro Kidul. Lalu kami bertanya tentang terpasangnya foto presiden pertama kita. Sang juru kunci menjelaskan bahwa pak presiden pernah bermeditasi disini. Namun tentang keberadaan foto Ratu Penguasa Laut Selatan itu kami lupa menanyakan.

Ruang pelengkap yang ada dimanfaatkan peziarah beristirahat, terutama yang berasal dari luar kota. Menurut penuturan juru kunci, setiap malam jumat kliwon para peziarah berdatangan ngalap berkah (minta berkah) ke tempat ini. Sang juru kunci menyediakan bantal untuk tidur dan tikar sebagai alasnya.  

HANYA ADA TIGA SUMUR

Lokasi tujuh sumur terletak dua puluh lima meter dari padepokan. Posisinya berada di tepi jalan perumahan yang dilalui banyak orang. Sekilas tidak nampak hal istimewa karena tidak ada tanda atau tulisan yang memberikan informasi bahwasanya lokasi yang kami datangi adalah situs sejarah. Andai kami tidak ditunjukkan oleh juru kunci Keramat Beji, niscaya kami menganggap sumur-sumur yang ada disana hanyalah kolam biasa.

Setelah kami menghitung sendiri, jumlah sumur ada tiga. Secara langsung kami bertanya kepada Pak Marto. Dia menjawab bahwa di lokasi ini hanya ada tiga buah sumur dan empat sisanya tersebar di wilayah Beji. Namun sang juru kunci enggan menjelaskan lebih lanjut akan keberadaan sumur lainnya.

Di sumur bagian tengah berdiri bangunan berbentuk bujur sangkar. Atapnya terbuat dari asbes dan temboknya dicat dengan warna putih ditambah garis hijau di bagian atas dan bawahnya. Tempat ini digunakan untuk mandi dan bersuci bagi para peziarah. Airnya langsung dari sumur. Kami mencoba berwudhu dengan air tersebut. Air sumurnya bersih dan suci karena berasal dari mata air dalam tanah. Konon ceritanya, air sumur disana tidak pernah kering meskipun wilayah sekitarnya sedang dilanda kemarau panjang sekalipun.

Lokasi tujuh sumur.

TITIK AWAL PENYEBARAN ISLAM

  Menurut H. Baharuddin Ibrahim dalam buku “Meluruskan Sejarah Kota Depok”, di padepokan inilah guru agama Islam mengajar pada para siswa atau santrinya. Di siang hari mereka bekerja di ladang, dan sore belajar agama. Para siswa ditempatkan pada sebuah asrama, sedangkan gurunya disediakan tempat di kompleks itu juga. Pelajaran yang diberikan selain pendidikan agama, juga seni bela diri (silat), dan kemungkinan latihan kemiliteran.

Para prajurit Banten yang datang ke Keramat Beji tidak hanya membangun basis militer saat itu, mereka juga berdakwah kepada masyarakat pribumi untuk memeluk agama Islam. Akhirnya padepokan yang mereka bangun menjadi pusat penyebaran agama Islam di Depok. Dakwah yang dilakukan mereka tidak serta merta memberangus nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat pribumi yang mayoritasnya adalah penganut Hindu maupun animisme dan dinamisme. Adanya wayang yang tersimpan di padepokan menjadi bukti bahwa selain mengajarkan agama dengan pengajian, mereka menggunakan wayang sebagai sarana dakwah.

Pak Marto, sang juru kunci turunan kedelapan.

PEMERINTAH KURANG PERHATIAN?

Keberadaan situs Keramat Beji nampaknya kurang diperhatikan oleh pemerintah setempat. Nilai sejarahnya sebagai cagar budaya semestinya dilestarikan dengan menjadikannya salah satu pilihan wisata sejarah bagi generasi muda. Kami merasa terharu dengan lokasi tujuh sumur yang tidak diberi tanda atau tulisan apapun. Sekilas bila tidak diberitahu oleh sang juru kunci, niscaya kami menganggapnya adalah kolam ikan biasa.

Pemerintah melalui dinas parwisata sebaiknya melakukan penelitian sejarah terhadap situs Keramat Beji. Hal demikian agar warisan yang memiliki nilai-nilai sejarah tersebut dapat ditelusuri dan menjadi catatan sejarah bagi generasi mendatang. Selain itu, tempat yang dikenal dengan keramat ini tidak hanya ditonjolkan sebagai pusat petilasan untuk mencari karomah atau tempat meditasi, namun sebaiknya lebih dikenal sebagai pusat awal penyebaran Islam di wilayah Depok.    

Saat ini masih ada Pak Marto sebagai keturunan kedelapan pewaris amanat leluhurnya untuk menjaga dan melestarikan situs Keramat Beji. Namun lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian adakah yang berminat melanjutkan perjuangannya? Pemerintah, kami, dan anda adalah penanggungjawab situs sejarah penting ini.

Ahad, 03 Juni 2012

Hidayatulloh

Penulis adalah mahasiwa S2 Ilmu Hukum Universitas Indonesia.