Siang
hari di lesehan Bamboo Ina yang terletak depan Aula Insan Cita terjadi
percakapan antara mahasiswa dan dosen. “Apa rencana kamu setelah lulus
kuliah?”, tanya bu dosen. “Belajar bahasa Inggris di Pare”, jawabnya. Dosen
peraih doktor dari Uthrech University ini merasa asing dengan nama Pare.
Mahasiswa tersebut lalu menjelaskan sekilas informasi tentang tempat yang
dijuluki Kampung Inggris tersebut. Ibu dosen kemudian bertanya lagi: “Kenapa
harus belajar bahasa Inggris ke sana?”. Ia lalu tidak mampu memberikan alasan
yang memuaskan bagi dosennya.
Dua pekan
kemudian, ia berkunjung ke rumah Wakil Dekan yang terletak 2 km dari kampus.
Tujuannya silaturahmi dan pamit sebelum ia berangkat ke Pare. Seperti biasanya antara
guru dan murid, ia meminta doa dan restu, semoga mimpinya melanjutkan studi
tercapai. Di sela obrolan mereka, ada pertanyaan terucap dari lisan sang Wakil
Dekan. “Apakah kamu harus ke Pare untuk belajar bahasa Inggris?”, tanya beliau.
Ia pun menjawab dengan tujuh puluh persen ada keraguan dihatinya.
Akhirnya
ia berangkat. Dengan bantuan temannya semasa kuliah, ia lalu memilih tempat
kursus yang berdinding bambu dan beratapkan seng. Sedangkan untuk tempat
tinggal, salah satu asrama terbaik menjadi pilihannya. Setelah enam puluh hari
berlalu, ia akhirnya mampu menemukan jawaban yang menurutnya tepat sebagai
alasan datang ke kampung pusat belajar bahasa Inggris yang dicetus oleh Mr.
Kalend.
Pertama, Pare memiliki daya tarik bagi yang haus belajar atau pun bahkan
tidak menemukan kepuasan belajar di bangku sekolah formal. Terdapat puluhan
lembaga kursus berkualitas yang menyelenggarakan kelas bahasa Inggris dengan
metode dan ciri khas masing-masing.
Kedua, pelajar dapat memilih program sesuai dengan kebutuhannya. Setiap tempat
kursus memiliki kompetensi bidang berbeda, ada speaking, grammar,
pronouncation, writing, TOEFL, IELTS, dan seterusnya. Namun banyak pula, tempat
kursus yang menyediakan semua pilihan tersebut di lembaganya.
Ketiga, bagi yang tidak memiliki waktu panjang atau sekadar mengisi
liburan, belajar di Pare menjadi salah satu alternatif. Calon pelajar dapat
memilih kelas untuk program satu bulan atau dua pekan. Bahkan ada tempat kursus
yang membuka program satu pekan, meskipun agak ganjil belajar bahasa asing apakah
cukup dalam tujuh hari.
Keempat, intensivitas belajar bahasa asing terjadi disini. Bagaimana
tidak, senin hingga sabtu kita belajar di kelas. Selain itu setiap orang dapat
mengikuti lebih dari satu kelas atau tempat kursus dalam satu periode belajar.
Semakin banyak waktu yang dimanfaatkan untuk belajar, semakin meningkat
kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki.
Kelima, keikhlasan pengajar. Mereka sangat low profile. Dengan
biaya kursus terjangkau, mereka tetap profesional mentransfer ilmunya ke para
peserta kursus. Mereka tidak peduli dengan latar belakang pelajar di kelas,
entah ia pengusaha, dosen, guru, mahasiswa, atau pun lulusan sekolah menengah
atas. Semuanya dilayani dengan tulus. Bahkan di asrama, ada pembimbing yang
siap 24/7 membantu kesulitan belajar.
Keenam, lingkungan aman dan nyaman. Suasana pedesaan yang asri plus
masyarakat yang santun menjadikan Pare sebagai destinasi pendidikan
layak diacungi jempol. Alam dan penduduknya selalu memberikan sambutan hangat
bagi pendatang yang menjadikan tempat ini sebagai wasilah untuk
menggapai mimpi mereka.
Ketujuh, biaya hidup terjangkau. Kebutuhan hidup dan tempat tinggal adalah
primer bagi pelajar. Harga makanan dan biaya kos/asrama lumayan tidak
mahal. Asal mampu mengatur pola pengeluaran, maka siapapun yang memiliki
anggaran terbatas dapat hidup tenang disini.
Kedelapan, sangat tepat bagi yang memiliki pola belajar self study.
Bagi pelajar pemiliki model belajar seperti ini akan kesulitan ketika ia
bertempat tinggal di kota dengan suasana bising dan polusi. Oleh karenanya,
tempat seperti Pare sangat cocok bagi yang senang review materi dengan
suasana tenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar